Kehidupan Warga Sulsel di Melbourne
Pernah Dibawakan "Lombok Kuning" oleh Rombongan JK
ORANG Sulawesi Selatan memang ada dimana-mana. Di beberapa negara, sprti Singapura dan China,bahkan ada Kampung Makassar.
Laporan Deniari Alwi Hamu, Melbourne
Demikian
juga di Melbourne. Tak sulit untuk menemukan "sesama" orang Sulsel di
sini. Bahkan, di antara mereka malah orang yang kami kenal sejak lama.
Sebut saja, Farid Ma'ruf dan istrinya Lily Yulianti Farid. Keluarga
kecil ini sudah lama berdiam di Negara Bagian Victoria ini.
Kemarin,
Rabu 10 April, kami, saya dan suami Rapsel Ali dan anak kembar saya,
Siti Nurwahida dan Abdul Wahidin, berkesempatan bertandang ke rumahnya.
Menyenangkan bertemu dengan keluarga kecil ini. Anaknya semata wayang
Fahwaz langsung cepat akrab dengan satu dari anak kembar saya, Wahidin.
Mereka memang sepantaran.
Bertemu
dengan orang "sekampung" rasanya sangat menghibur hati. Apalagi
membayangkan, si Kembar akhirnya tak sendirian di perantauan. Karena,
saya dan suami harus kembali ke tanah air, minggu depan.
Lily,
salah satu mantan wartawan Koran ternama di Indonesia ini mengatakan
saya tidak perlu khawatir meninggalkan si Kembar. Sebab, di sini ada
banyak orang-orang Sulsel. Mereka ada yg bersekolah, setingkat SMA
seperti si kembar, kuliah hingga yang bekerja seperti Lily dan Farid
ini.
Menurut Lily, mereka bahkan
membentuk perkumpulan orang-orang Sulsel. "Namanya Komunitas Anging
Mamiri," ujar Lily. Jumlahnya lumayan banyak, 60 orang. Agar bisa
menjaga silahturahim antar anggota, maka dibuatlah arisan se bulan
sekali. Biasanya mereka akan membawa seluruh keluarganya. Yang lucu, ada
di antara anak-anak anggota komunitas yang sama sekali tak bisa
berbahasa Indonesia. Karena mereka lahir dan besar di sana.
Kata Lily, uang iuran arisannya tak besar kok. Yang penting mereka bs berkumpul, bersilahturrahim setiap bulannya.
Yang
unik, arisan yang dilaksanakan bergiliran dari satu rumah ke rumah ini,
"wajib" menghidangkan makanan khas dari Sulsel. Mulai dari coto
Makassar, Pallumara, dan ikan bakar menjadi hidangan khusus arisan.
Jangan khawatir, rasa Pallumara dan coto Makassar bikinan di Ausie, sama
enaknya dengan coto di Makassar. Sebab, mereka memakai bumbu2 asli dari
Sulsel.
Urusan bumbu-bumbu, bukan
penghalang bagi orang Sulsel di Melbourne. Pokoknya, siapa saja yang
pulang kampung ke Indonesia, pulangnya membawa oleh-oleh bumbu-bumbu
khas.
Saking, getolnya urusan
perbumbuan ini, pernah rombongan Pak Jusuf Kalla dititip untuk
membawakan "Lombok Kuning" khas Makassar dalam jumlah yang banyak. Saat
itu Pak JK masih menjabat wakil presiden RI.
Selain arisan bulanan, biasanya pada weekend, mereka juga sering berjalan-jalan ke Pantai di Melbourne.
Saya
bersyukur, homestay si Kembar di Jalan Hooper street tak jauh dari
beberapa keluarga Indonesia. Jaraknya ada yang hanya satu blok dari
jalan Hooper.
Oleh sekolahnya si
Kembar ditempatkan di homestay yang tuan rumahnya seorang warga
Melbourne. Usianya sdh cukup sepuh. Mungkin saja sengaja ditinggalkan di
rumah "orang bule" supaya si Kembar terbiasa dengan suasana di sana.
(***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar