Selasa, 26 Agustus 2014

Kota Tua Yang Romantis (2)

VENEZIA  atau Venice, kota terakhir di Italia yang kami kunjungi.  Kota ini benar-benar romantis, mulai dari pemandangannya hingga orang-orangnya. 


Laporan : Deni Alwi Hamu, Venezia

Milan  kami tinggalkan setelah menghabiskan makan malam Pizza yang lezat dengan saladnya.  Perjalanan Milan-Venice ditempuh selama 2,5 jam.  Karena tiba sudah jam 12 malam, beristirahatlah kami menanggalkan penat.

Pagi harinya, kami  mulai menyusuri Venezia kota yang terkenal sangat romantis.  Benar-benar romantis. Ini bukan hanya soal pemandangan bangunan dan gedung-gedung yang bergaya klasik dan kanal-kanal yang ditawarkan kota yang terletak tepat di bibir Laut Adriatik di Timur Laut Italia itu.

Tetapi juga, hampir di setiap perjalanan yang kami lewati, selalu ada pasangan lelaki dan perempuan yang tengah bermesraan. Berpelukan dan ciuman di tengah kota, menjadi pemandangan yang biasa di Venice.


Kota Tua yang Romantis

Perjalanan dari Kota Tua yang Romantis Hingga Peternakan di Eropa 

Ketika Tulip Enggan Merekah di Keukenhof


PERJALANAN mengelilingi Eropa mengantar saya dan adik saya, Widya Alwi Hamu sampai ke Negara Belanda.  Di negeri bunga Tulip ini, kami berkesempatan berkeliling Volendam dan berkunjung ke the garden of Europe, Keukenhof.

Laporan : Deni Alwi Hamu, Amsterdam, Belanda

Entah mengapa perjalanan Paris-Belanda jauh dari melelahkan. Meskipun kami harus berkendara selama 5 jam naik mobil. Tentu saja, karena di sepanjang jalan, kami disuguhkan pemandangan indah dan khas yang sungguh sayang bila dilewati dengan tidur.

PEKERJAAN membawa perjalanan saya ke Taiwan

Selasa 26 Februari 2013.  Masih pagi, sekira pukul 6.25 Wib,  Pesawat China Airlines membelah langit menerbangkan saya dari Jakarta menuju Hongkong. Di Negara  Jakcy Chan itu, kami transit 25 menit, sebelum mengantar kami ke Taipei, Ibukota Taiwan. Perjalanan lalu dilanjutkan menuju Taichung, kota yang menjadi tujuan saya.

Laporan: Deniari Alwi Hamu, Taichung, Taiwan
Tak ada perbedaan waktu antara Taichung dengan Indonesia bagian Tengah.  Waktu menunjukkan pukul 18.00 wita, sama seperti di Makassar, ketika saya tiba di Taichung. Oya, saya disambut oleh Tania dari Radar Taiwan ketika tiba di kota ini.
Udara cukup sejuk di bulan Februari ini. Taichung adalah  kotamadya di Taiwan, Republik Cina. Kota Taichung merupakan kota terbesar kedua  setelah Kota New Taipei dan Kota Kaohsiung. Seperti Kota Surabaya, kalau di Indonesia. Taichung berlokasi di Taiwan Bagian Tengah.
Kota ini menjadi tujuan saya. Di kota ini  ada industri kosmetik yang ingin saya sambangi. Namanya Xantia Cosmetics. Cukup punya nama, untuk sebuah produk kecantikan dan perawatan tubuh. Tentu saja, sebagai perempuan, saya tertarik untuk berbisnis di industry ini. Tidak hanya memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi berharap bisa bermanfaat bagi sesama perempuan di Makassar,  Sulsel bahkan untuk seluruh Indonesia.

Pernah Dibawakan "Lombok Kuning" oleh Rombongan JK

Kehidupan Warga Sulsel di Melbourne
Pernah Dibawakan "Lombok Kuning" oleh Rombongan JK

ORANG Sulawesi Selatan memang ada dimana-mana. Di beberapa negara, sprti Singapura dan China,bahkan ada Kampung Makassar.

Laporan Deniari Alwi Hamu, Melbourne

Demikian juga di Melbourne. Tak sulit untuk menemukan "sesama" orang Sulsel di sini. Bahkan, di antara mereka malah orang yang kami kenal sejak lama. Sebut saja, Farid Ma'ruf dan istrinya Lily Yulianti Farid. Keluarga kecil ini sudah lama berdiam di Negara Bagian Victoria ini.

Kemarin, Rabu 10 April, kami, saya dan suami Rapsel Ali dan anak kembar saya, Siti Nurwahida dan Abdul Wahidin, berkesempatan bertandang ke rumahnya. Menyenangkan bertemu dengan keluarga kecil ini. Anaknya semata wayang Fahwaz langsung cepat akrab dengan satu dari anak kembar saya, Wahidin. Mereka memang sepantaran.

Stasiun Flinders yang Berusia 100 tahun ke Sungai Yarra dengan Bangunan Modern


BERJALAN di negeri orang, rasanya sayang kalau tak memanfaatkan waktu  untuk berkeliling melihat landmark kota. Sembari menemani anak saya si Kembar, Abdul Wahidin (16 thn) dan Siti Nurwahida (16 tahun) memulai sekolahnya di Melbourne, saya dan suami, Rapsel Ali menyempatkan berkeliling kota.
Laporan :  Deniari Alwi Hamu, Melbourne, Australia

SALAH satu landmark Melbourne yang terkenal adalah Stasiun Kereta Api, di jalan Flinders. Dikenalnya dengan istilah Flinders Street Station. Stasiun kereta api ini terletak tepat di tengah-tengah kota Melbourne di antara  Flinders  street dan Swanston street dengan latar belakang Sungai Yarra. Stasiun berumur 100 tahun dan bergaya aristektur French Renaissance ini menjadi tempat bagi orang-orang di Melbourne untuk hang out dan menjadi meeting point, tempat  untuk bertemu.
Sebagai ikonnya kota Melbourne, tempat ini juga menjadi alasan pertama untuk saya dan suami belajar bagaimana caranya naik kereta api di sini. Dengan cuaca yang sering tidak menentu, terkadang dingin dan terkadang panas, kami menyusuri flinders street  dan menyaksikan cantiknya Sungai Yarra di belakangnya.

"melepaskan" anak-anak dari pelukan

Naik Tram dari Homestay Hingga Day Light

SUNGGUH tak pernah membayangkan akan tiba suatu masa saya harus "melepaskan" anak-anak dari pelukan. Ini yang terjadi ketika dua anak saya Abdul Wahidin (16 thn) dan Siti Nurwahida (16 thn) memilih Melbourne, Australia sebagai tempat menuntut ilmu selepas dr SMP Al Azhar Jakarta.
PADA awalnya memilih sekolah untuk si Kembar,adalah pilihan yang sulit. Si Kembar, begitu biasa kami menyapa dua buah hati saya yang memang kelahirannya hanya dibedakan beberapa menit saja.

Setelah tamat SMP saya harus mencarikan sekolah lanjutan, SMA. Tentu saja, sebagai orang tua, saya mau sekolah yang terbaik untuk mereka. Pilihannya ada dua. sekolah di Indonesia atau di luar negeri. Setelah berkonsultasi dengan orang tua, akhirnya pilihan jatuh. Si Kembar akan sekolah di Melbourne, Australia.