Rabu, 27 Agustus 2014
Selasa, 26 Agustus 2014
Kota Tua Yang Romantis (2)
VENEZIA atau Venice, kota terakhir di Italia yang kami
kunjungi. Kota ini benar-benar romantis,
mulai dari pemandangannya hingga orang-orangnya.
Laporan : Deni Alwi Hamu, Venezia

Pagi
harinya, kami mulai menyusuri Venezia
kota yang terkenal sangat romantis. Benar-benar romantis. Ini bukan hanya soal
pemandangan bangunan dan gedung-gedung yang bergaya klasik dan kanal-kanal yang
ditawarkan kota yang terletak tepat di bibir Laut Adriatik di Timur Laut Italia
itu.
Tetapi juga,
hampir di setiap perjalanan yang kami lewati, selalu ada pasangan lelaki dan
perempuan yang tengah bermesraan. Berpelukan dan ciuman di tengah kota, menjadi
pemandangan yang biasa di Venice.
Kota Tua yang Romantis

Ketika
Tulip Enggan Merekah di Keukenhof
PERJALANAN
mengelilingi Eropa mengantar saya dan adik saya, Widya Alwi Hamu sampai ke
Negara Belanda. Di negeri bunga Tulip
ini, kami berkesempatan berkeliling Volendam dan berkunjung ke the garden of Europe,
Keukenhof.
Laporan : Deni Alwi Hamu, Amsterdam,
Belanda
Entah
mengapa perjalanan Paris-Belanda jauh dari melelahkan. Meskipun kami harus berkendara
selama 5 jam naik mobil. Tentu saja, karena di sepanjang jalan, kami disuguhkan
pemandangan indah dan khas yang sungguh sayang bila dilewati dengan tidur.
PEKERJAAN membawa perjalanan saya ke Taiwan

Laporan: Deniari Alwi Hamu, Taichung,
Taiwan
Tak ada
perbedaan waktu antara Taichung dengan Indonesia bagian Tengah. Waktu menunjukkan pukul 18.00 wita, sama
seperti di Makassar, ketika saya tiba di Taichung. Oya, saya disambut oleh
Tania dari Radar Taiwan ketika tiba di kota ini.
Udara cukup
sejuk di bulan Februari ini. Taichung adalah kotamadya di Taiwan, Republik Cina. Kota
Taichung merupakan kota terbesar kedua setelah
Kota New Taipei dan Kota Kaohsiung. Seperti Kota Surabaya, kalau di Indonesia. Taichung
berlokasi di Taiwan Bagian Tengah.
Kota ini
menjadi tujuan saya. Di kota ini ada industri
kosmetik yang ingin saya sambangi. Namanya Xantia Cosmetics. Cukup punya nama,
untuk sebuah produk kecantikan dan perawatan tubuh. Tentu saja, sebagai
perempuan, saya tertarik untuk berbisnis di industry ini. Tidak hanya memenuhi
kebutuhan pribadi, tetapi berharap bisa bermanfaat bagi sesama perempuan di
Makassar, Sulsel bahkan untuk seluruh
Indonesia.
Pernah Dibawakan "Lombok Kuning" oleh Rombongan JK
Kehidupan Warga Sulsel di Melbourne
Pernah Dibawakan "Lombok Kuning" oleh Rombongan JK
ORANG Sulawesi Selatan memang ada dimana-mana. Di beberapa negara, sprti Singapura dan China,bahkan ada Kampung Makassar.
Laporan Deniari Alwi Hamu, Melbourne
Demikian juga di Melbourne. Tak sulit untuk menemukan "sesama" orang Sulsel di sini. Bahkan, di antara mereka malah orang yang kami kenal sejak lama. Sebut saja, Farid Ma'ruf dan istrinya Lily Yulianti Farid. Keluarga kecil ini sudah lama berdiam di Negara Bagian Victoria ini.
Kemarin, Rabu 10 April, kami, saya dan suami Rapsel Ali dan anak kembar saya, Siti Nurwahida dan Abdul Wahidin, berkesempatan bertandang ke rumahnya. Menyenangkan bertemu dengan keluarga kecil ini. Anaknya semata wayang Fahwaz langsung cepat akrab dengan satu dari anak kembar saya, Wahidin. Mereka memang sepantaran.
Pernah Dibawakan "Lombok Kuning" oleh Rombongan JK
ORANG Sulawesi Selatan memang ada dimana-mana. Di beberapa negara, sprti Singapura dan China,bahkan ada Kampung Makassar.
Laporan Deniari Alwi Hamu, Melbourne
Demikian juga di Melbourne. Tak sulit untuk menemukan "sesama" orang Sulsel di sini. Bahkan, di antara mereka malah orang yang kami kenal sejak lama. Sebut saja, Farid Ma'ruf dan istrinya Lily Yulianti Farid. Keluarga kecil ini sudah lama berdiam di Negara Bagian Victoria ini.
Kemarin, Rabu 10 April, kami, saya dan suami Rapsel Ali dan anak kembar saya, Siti Nurwahida dan Abdul Wahidin, berkesempatan bertandang ke rumahnya. Menyenangkan bertemu dengan keluarga kecil ini. Anaknya semata wayang Fahwaz langsung cepat akrab dengan satu dari anak kembar saya, Wahidin. Mereka memang sepantaran.
Stasiun Flinders yang Berusia 100 tahun ke Sungai Yarra dengan Bangunan Modern
BERJALAN di negeri orang, rasanya sayang kalau tak
memanfaatkan waktu untuk berkeliling
melihat landmark kota. Sembari menemani anak saya si Kembar, Abdul Wahidin (16
thn) dan Siti Nurwahida (16 tahun) memulai sekolahnya di Melbourne, saya dan
suami, Rapsel Ali menyempatkan berkeliling kota.
Laporan : Deniari
Alwi Hamu, Melbourne, Australia
SALAH satu landmark Melbourne yang terkenal adalah
Stasiun Kereta Api, di jalan Flinders. Dikenalnya dengan istilah Flinders
Street Station. Stasiun kereta api ini terletak tepat di tengah-tengah kota
Melbourne di antara Flinders street dan Swanston street dengan latar
belakang Sungai Yarra. Stasiun berumur 100 tahun dan bergaya aristektur French
Renaissance ini menjadi tempat bagi orang-orang di Melbourne untuk hang out dan
menjadi meeting point, tempat untuk
bertemu.
Sebagai ikonnya
kota Melbourne, tempat ini juga menjadi alasan pertama untuk saya dan suami belajar
bagaimana caranya naik kereta api di sini. Dengan cuaca yang
sering tidak menentu, terkadang dingin dan terkadang panas, kami menyusuri
flinders street dan menyaksikan
cantiknya Sungai Yarra di belakangnya.
"melepaskan" anak-anak dari pelukan
Naik Tram dari Homestay Hingga Day Light
SUNGGUH tak pernah membayangkan akan tiba suatu masa saya harus "melepaskan" anak-anak dari pelukan. Ini yang terjadi ketika dua anak saya Abdul Wahidin (16 thn) dan Siti Nurwahida (16 thn) memilih Melbourne, Australia sebagai tempat menuntut ilmu selepas dr SMP Al Azhar Jakarta.
PADA awalnya memilih sekolah untuk si Kembar,adalah pilihan yang sulit. Si Kembar, begitu biasa kami menyapa dua buah hati saya yang memang kelahirannya hanya dibedakan beberapa menit saja.
Setelah tamat SMP saya harus mencarikan sekolah lanjutan, SMA. Tentu saja, sebagai orang tua, saya mau sekolah yang terbaik untuk mereka. Pilihannya ada dua. sekolah di Indonesia atau di luar negeri. Setelah berkonsultasi dengan orang tua, akhirnya pilihan jatuh. Si Kembar akan sekolah di Melbourne, Australia.
SUNGGUH tak pernah membayangkan akan tiba suatu masa saya harus "melepaskan" anak-anak dari pelukan. Ini yang terjadi ketika dua anak saya Abdul Wahidin (16 thn) dan Siti Nurwahida (16 thn) memilih Melbourne, Australia sebagai tempat menuntut ilmu selepas dr SMP Al Azhar Jakarta.
PADA awalnya memilih sekolah untuk si Kembar,adalah pilihan yang sulit. Si Kembar, begitu biasa kami menyapa dua buah hati saya yang memang kelahirannya hanya dibedakan beberapa menit saja.
Setelah tamat SMP saya harus mencarikan sekolah lanjutan, SMA. Tentu saja, sebagai orang tua, saya mau sekolah yang terbaik untuk mereka. Pilihannya ada dua. sekolah di Indonesia atau di luar negeri. Setelah berkonsultasi dengan orang tua, akhirnya pilihan jatuh. Si Kembar akan sekolah di Melbourne, Australia.
Langganan:
Postingan (Atom)